JAKARTA — Senin, 29
Oktober 2012, Rumah Kebangsaan: Gerakan Indonesia Memilih, kelompok
pemburu para pemimpin Indonesia mendatang, termasuk calon presiden
untuk pemilihan presiden tahun 2014, memperkenalkan diri di teater
kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Acara diisi perkenalan
dengan pembacaan teks deklarasi oleh Komaruddin Hidayat dan orasi
singkat Burhanudin Muhtadi. Hadirin disuguhi pergelaran ”dongeng
kebangsaan” oleh Garin Nugroho dengan iringan petikan gitar Jubing
Kristianto dan alunan suara lagu ”Serumpun Padi” oleh Cornelia Agatha,
Edo Kondologit, Nana Subiantoro, dan Sukardi Rinakit (nada suaranya
fals, tetapi menarik perhatian).
Tampil di panggung tempat dongeng
itu, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan mantan Menteri Lingkungan
Hidup pemerintahan Presiden Soeharto, Emil Salim.
Tepuk sorak
untuk Emil Salim ketika dia mengatakan, ”Sebaiknya para calon presiden
untuk pemilihan presiden 2014 dan seterusnya adalah orang-orang usia 40
tahun sampai 55 tahun saja.” Emil Salim juga berharap presiden
mendatang punya visi, wawasan, dan bisa bicara dengan bahasa rakyat yang
menyentuh hati bangsa ini.
Tiga presiden Indonesia yang dia
sebut menurun kurun 20 tahunan, yakni Soekarno (Bung Karno), Soeharto,
dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bung Karno disebut sebagai
pendiri negara, pembangunan kebangsaan, nasionalisme, dan karakter
bangsa. Soeharto adalah pembangun ekonomi. Sementara Yudhoyono memimpin
di masa transisi. Yudhoyono atau SBY memimpin bangsa ini tidak terkena
imbas resesi ekonomi Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Jusuf Kalla
antara lain mengatakan, soal visi dan misi suatu hal yang sudah ada di
bangsa dan negara ini. ”Presiden harus bisa menjadi teladan, cerdas,
dan mampu membawa bangsa berjalan menuju ke alam kesejahteraan,
kemakmuran, dan keadilan,” ujarnya.
JK menyebut soal keharusan
menaikkan harga bahan bakar minyak. Jika memberi penjelasan dengan
mengaitkan soal fiskal, rakyat tak mengerti bahasa itu. ”Rakyat diberi
pilihan, harga BBM tak dinaikkan, tetapi hasilnya dinikmati segelintir
orang kaya atau harga minyak dinaikkan, tetapi jalan-jalan dibangun,
diperbaiki, serta kesehatan dan pendidikan rakyat terjamin. Rakyat akan
mengerti dengan bahasa ini,” papar JK.
JK juga bercerita ketika
di kawasan Manggarai terjadi banjir. Warga Manggarai marah karena pintu
air ditutup sehingga air meluap. Ketika pintu air dibuka, banjir
sampai ke Istana Kepresidenan. ”Warga di Manggarai tidak marah lagi
meski wilayahnya tetap banjir karena semua merasakannya,” ujar JK
disambut tawa riang hadirin. Ada pula yang terkekeh-kekeh. (J Osdar)[ KOMPAS.com ]