[ JIBI/SOLOPOS/Tika Sekar Arum ] |
WONOGIRI - Sayem, 72, duduk gelisah di ruang tamu rumahnya, di Dusun Margosono, Desa Punduhsari, Kecamatan Manyaran. Rabu (7/11/2012) siang itu tiga orang yang tidak dia kenali menjadi tamu tak diundang. Para tamunya itu sebenarnya anggota Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Wonogiri yang hendak melakukan verifikasi anggota Parpol calon peserta Pemilu 2014.
Mendengar kata verifikasi, Sayem bingung. Matanya membulat menatap Ketua KPU, Joko Purnomo, yang mencoba memberi penjelaskan sekaligus menenangkan nenek tiga cucu itu. Kebingunan Sayem kian memuncak saat ditanya apakah benar dia anggota salah satu dari 15 Parpol yang disurvei di Wonogiri. Dengan wajah panik, Sayem mengaku tidak tahu apa-apa. “Saestu Bu, kula mboten ngertos napa-napa [Sungguh Bu, saya tidak tahu apa-apa],” tuturnya bernada ketakutan.
Berkali-kali Joko harus menerangkan kedatangannya ke rumah Sayem hanya untuk menanyakan kebenaran data tersebut. Jika tidak benar, Sayem hanya perlu membubuhkan tanda tangan di surat pernyataan bukan anggota parpol. Surat pernyataan itu, dijanjikan Joko, tidak akan membawa dampak apa pun bagi diri Sayem.
Untunglah siang itu suami Sayem ada di rumah sehingga segera bisa meredakan kebingungan isterinya. Sang suami langsung mengambil kendali dan menjawab pertanyaan tim verifikator. Kepada tiga anggota tim tersebut, dia menjelaskan Sayem tidak pernah terlibat dalam kegiatan Parpol apapun. Kalau pun namanya terpampang di daftar anggota Parpol tertentu, dipastikan itu rekayasa.
Cerita Sayem, hanya satu dari sederet kesulitan lain yang menghadang tim verifikasi anggota parpol. Tim yang bertugas memverifikasi 1.793 orang tersebar di 25 kecamatan itu terkadang harus menjumpai orang tua yang bahkan tak tahu apa itu Parpol. Kesulitan tim verifikasi berawal dari perjalanan menuju rumah sasaran verifikasi. Kabupaten Wonogiri yang begitu luas, membuat tim harus melewati perjalanan yang tak jarang memakan waktu berjam-jam hanya untuk mencapai satu rumah warga. Seperti saat mencari rumah Sayem, verifikator harus melalui jalan naik turun belasan kilometer dan bertanya ke sedikitnya tiga orang di sepanjang jalan.
Joko mengakui butuh perjuangan untuk melakukan verifikasi anggota parpol. Selain kesulitan menemukan rumah anggota parpol lantaran alamat yang kurang jelas, terkadang tim verifikator dihadapkan pada warga yang bingung dan ketakutan. “Di Selogiri ada yang hampir menangis karena takut. Ya, kami harus jelaskan pelan-pelan,” ungkapnya.
Dia mengakui kasus seperti Sayem cukup banyak. Minggun kemarin, Tim verifikasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wonogiri kembali menemukan KTA yang diduga palsu karena nama pemilik KTA mengaku bukan anggota parpol bersangkutan. Menurut Ketua KPU Wonogiri, Joko Purnomo, hingga hari ke enam verifikasi faktual, jumlah KTA palsu itu mencapai 152.
Verifikasi faktual anggota parpol di Kabupaten Wonogiri sendiri telah berjalan 60% dari total 1.793 orang yang harus diverifikasi. Dengan demikian, Joko yakin jumlah temuan alamat palsu dan penolakan bukan anggota parpol masih akan bertambah.[solopos.com]
Mendengar kata verifikasi, Sayem bingung. Matanya membulat menatap Ketua KPU, Joko Purnomo, yang mencoba memberi penjelaskan sekaligus menenangkan nenek tiga cucu itu. Kebingunan Sayem kian memuncak saat ditanya apakah benar dia anggota salah satu dari 15 Parpol yang disurvei di Wonogiri. Dengan wajah panik, Sayem mengaku tidak tahu apa-apa. “Saestu Bu, kula mboten ngertos napa-napa [Sungguh Bu, saya tidak tahu apa-apa],” tuturnya bernada ketakutan.
Berkali-kali Joko harus menerangkan kedatangannya ke rumah Sayem hanya untuk menanyakan kebenaran data tersebut. Jika tidak benar, Sayem hanya perlu membubuhkan tanda tangan di surat pernyataan bukan anggota parpol. Surat pernyataan itu, dijanjikan Joko, tidak akan membawa dampak apa pun bagi diri Sayem.
Untunglah siang itu suami Sayem ada di rumah sehingga segera bisa meredakan kebingungan isterinya. Sang suami langsung mengambil kendali dan menjawab pertanyaan tim verifikator. Kepada tiga anggota tim tersebut, dia menjelaskan Sayem tidak pernah terlibat dalam kegiatan Parpol apapun. Kalau pun namanya terpampang di daftar anggota Parpol tertentu, dipastikan itu rekayasa.
Cerita Sayem, hanya satu dari sederet kesulitan lain yang menghadang tim verifikasi anggota parpol. Tim yang bertugas memverifikasi 1.793 orang tersebar di 25 kecamatan itu terkadang harus menjumpai orang tua yang bahkan tak tahu apa itu Parpol. Kesulitan tim verifikasi berawal dari perjalanan menuju rumah sasaran verifikasi. Kabupaten Wonogiri yang begitu luas, membuat tim harus melewati perjalanan yang tak jarang memakan waktu berjam-jam hanya untuk mencapai satu rumah warga. Seperti saat mencari rumah Sayem, verifikator harus melalui jalan naik turun belasan kilometer dan bertanya ke sedikitnya tiga orang di sepanjang jalan.
Joko mengakui butuh perjuangan untuk melakukan verifikasi anggota parpol. Selain kesulitan menemukan rumah anggota parpol lantaran alamat yang kurang jelas, terkadang tim verifikator dihadapkan pada warga yang bingung dan ketakutan. “Di Selogiri ada yang hampir menangis karena takut. Ya, kami harus jelaskan pelan-pelan,” ungkapnya.
Dia mengakui kasus seperti Sayem cukup banyak. Minggun kemarin, Tim verifikasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wonogiri kembali menemukan KTA yang diduga palsu karena nama pemilik KTA mengaku bukan anggota parpol bersangkutan. Menurut Ketua KPU Wonogiri, Joko Purnomo, hingga hari ke enam verifikasi faktual, jumlah KTA palsu itu mencapai 152.
Verifikasi faktual anggota parpol di Kabupaten Wonogiri sendiri telah berjalan 60% dari total 1.793 orang yang harus diverifikasi. Dengan demikian, Joko yakin jumlah temuan alamat palsu dan penolakan bukan anggota parpol masih akan bertambah.[solopos.com]